Sunday 26 March 2017

Upacara Bendera

Setiap hari senin, semua murid wajib mengikuti upacara bendera. Panasnya terik matahari dipagi hari, serta lelahnya berdiri selama mengikuti upacar, beberapa siswa enggan mengikuti upacara. Ada yang diam dikelas dengan alasan sakit, bahkan ada yang sengaja datang terlambat kesekolah. Ikbal salah satu temanku yang sering datang terlambat kesekolah pada hari senin. Sifatnya yang pemalas, terlihat dari jarangnya mengikuti upacara bendera dipagi hari.

Pagi ini ada yang terlihat berbeda dari Ikbal. Dia datang kesekolah tepat waktu. Entah alasannya apa datang kesekolah tepat waktu.
"Tumben hari senin tidak terlambat masuk kelas" tanyaku pada Ikbal.
"Udah males, dapat surat peringatan terus dari guru" jawabnya.
"Ya udah, kelapangan yu. Kita upacara" ajakku pada Ikbal.
"Sebenarnya sih males, tapi apa boleh buat" gerutunya padaku.

Kami bergegas kelapangan, untuk megikuti upacara bendera. Setibanya dilapangan, Ikbal baris tepat didepanku.
"Adam, kayanya aku tidak bisa mengikuti upacara sampai selesai" sahut Ikbal padaku.
"Emang kenapa?" tanyaku.
"Kakiku pegal, terlalu lama berdiri" alasanya padaku.
"Belum juga 10 menit kita berdiri" jawabku.
ketika kepala sekolah memberikan sambutan. Kulihat gerak gerik Ikbal yang sudah bosan, seperti ingin meninggalkan lapangan upacara. Tadinya berdiri tegap, kini dia mulai berjongkok. Petugas PMR menghampiri Ikbal , dan membawanya keruang UKS.

Upacara bendera berakhir, semua murid dibubarkan dari barisan. Aku pergi keruang UKS, bermaksud melihat kondisi keadaan Ikbal. Setibanya diruang UKS, aku tidak melihat ada Ikbal. Bergegas aku pergi kekelas, aku melihat ada Ikbal.
"Kamu tidak apa-apa?" tanyaku pada Ikbal.
"Tenang sajah, aku tidak apa-apa ko" jawabnya santai.
"Aku pikir kamu sakit" sambungku.
"Tadi itu cuma ekting, agar aku tidak mengikuti upacara sampai selesai" penjelasan Ikbal padaku.

Tidak terpikir olehku, Ikbal berbuat seperti itu. Sifatku yang rajin dan disiplin, bertolak belakang dengan Ikbal. Walaupun aku bukan siswa teladan, aku mencoba menjadi siswa yang baik. Datang kesekolah tepat waktu, serta mentaati segala peraturan sekolah. Salah satunya mengikuti upacara bendera sampai selesai.

Monday 13 March 2017

Belajar Bermain Gitar


Ujian praktek bagiku sangat sulit sekali. Dibandingkan dengan ujian tertulis. Apa lagi untuk mata pelajaran kesenian. Untuk semua siswa diwajibkan bernyanyi sambil memainkan alat musik. Sering ku melihat Andri tetanggaku bermain gitar dideoan teras rumahnya. Aku mencoba untuk memintanya untuk mengajariku bermain gitar.
"Asyik bener main gitarnya" sapaku pada Andri.
"Iya nih gus, ngisi waktu luang" jawabnya.
"Mau gak ajari aku main gitar" pintaku padanya.
"Agus, Agus... Buat apa kamu main gitar" ledeknya padaku.
"Besok ada ujian praktek kesenian, semua siswa diwajibkan bernyanyi sambil memainkan alat musik" penjelasanku pada Andri.
"Kamu tidak akan lancar bermain gitar, kalau cuma belajar hanya satu hari" kata Andri bermaksud menolak.
"Tolongin aku dong ndri, aku kasih semua yang kamu minta. Asal kamu mau mengajari aku bermain gitar" bujukku pada Andri.
"Baiklah, aku mau nolongin kamu. Tidak usah pake imbalan segala" timbul itikad baik andri.

Aku diajari Andri bermain gitar. Dalam beberapa jam, aku menguasai sebagian kunci dasar bermain gitar. Namun aku tidak menguasai kunci gantung yang diajarkan Andri padaku. Terlalu sulit jariku untukmenjangkau setiap senar gitar.
"Tidak perlu dipaksakan" kata Andri padaku.
"Tapi aku harus menguasai satu lagu untuk ujian nanti" jawabku.
"Hanya dengan kunci dasar, kamu bisa menguasai satu lagu" tegas Andri.
"Lagu apa?" tanyaku penasaran.
"Peterpan yang berjudul mimpi yang sempurna" jawabnya.
"Kuncinya apa ajah?" tanyaku kembali.
"E, C, G, D" jawabnya sambil mengarahkan jariku.
Beberapa kali aku memainkan gitar dengan lagu itu terus menerus. Sehingga aku benar-benar menguasai lagu itu. Aku meminta Andri untuk meminjamkan gitarnya untuk aku bawa kesekolah. Diapun mengijinkan aku membawa gitarnya kesekolah.

Setelah aku mengikuti ujian praktek disekolah, dan dinyatakan lulus oleh guruku. Akupun pulang menghampiri toko gitar, bermaksud mengganti semua senar gitar milik Andri. Sebagai ucapan terima kasih dariku, yang sudah mengajariku bermain gitar.

Saturday 11 March 2017

Lomba Kicau Burung

Kenalkan, namaku Aditya putra. Masih sekolah menengah pertama. Ketika pulang sekolah, aku sering sekali lewat pasar hewan. Banyak sekali jenis hewan diperjual belikan. Seperti ayam, burung, kucing, bahkan iguana pun ada. Timbul keinginanku untuk memelihara satu hewan saja. Tapi masih bingung, jenis hewan apa yang akan aku pelihara.

Ka Wawan tetanggaku, memiliku banyak peliharaan burung. Berbagai jenis burung dia punya. Seperti burung kenari, burung jalak, burung kacer, dan masih banyak lagi jenis burung yang tidak aku ketahui. Setiap pagi tiba, merdu rasanya mendengarkan kicauan burung bernyanyi. Timbulah keinginanku memelihara burung. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli satu burung beserta sangkarnya sebagai hewan peliharaan. Jenis burung yang aku pelihara berparuh bengkok, bulunya berwarna biru tua. Pedagangnya bilang sih, namanya burung lovebird. Setiap pagi aku rawat, membersihkan sangkarnya, memberinya makan, bahkan sampai memandikannya.
"Rajin bener ngerawat burungnya" sahut ka Wawan, yang melihatku sedang memandikan burung dipagi hari.
"Iya nih ka Wawan, biar burungnya sehat" jawabku yang lagi sibuk memandikan burung.
"Kaka pernah denger, suara burungmu lantang. Rajin berkicau lagi" puji ka Wawan.
"Tapi tidak selantang dan serajin burung kaka" jawabku coba merendahkan diri.
"Nanti siang, ikutin lomba aja dit. Bareng sama kaka" pintanya padaku.
"Tapi kak, aku tidak punya uang untuk biaya pendaftarannya" jawabku dengan terpaksa menolak.
"Biar kaka yang tanggung semua biaya pendaftaran. Yang penting kamu mau ikut" tegasnya padaku. Tanpa pikir panjang, aku menerima ajakan ka Wawan. Untuk mengikuti lomba kicau burung. Ka Wawan memang orang yang baik. Dia mau menanggung semua biaya pendaftaran untukku.

Setibanya ditempat perlombaan, kulihat banyak orang berdatangan. Baik yang ingin ikut lomba, ataupun hanya sekedar menonton saja. Ketika perlombaan berlangsung, pemilik burung berada diluar tenda, yang dibatasi pagar tali. Berbagai cara dilakukan oleh sang pemilik burung, agar burungnya bersuara lantang dan berkicau merdu. Ada yang berteriak kencang memanggil nama burungnya, ada pula yang bertepuk yang tangan sangat keras sekali. Namun semua itu tidak aku lakukan. Pikirku tanpa berteriak, burungku bersuara lantang dan merdu.
"Ayo dit, buat cara burungmu bersuara lantang dan merdu" ucap ka Wawan yang melihatku hanya terdiam.
"Owh iya ka" jawabku singkat. 
Maklum saja, aku baru pertama kali mengikuti lomba kicau burung. Jadi belum tahu apa yang harus dilakukan.

Ketika pelombaan berakhir, waktunya juri mengumumkan juaranya. Akhirnya, ka Wawan mendapatkan juara 3. Sedangkan aku tidak mendapatkan juara. Aku tidak akan pantang menyerah, lain waktu aku akan ikut lomba lagi. Kamipun pulang dengan hati senang. Walaupun aku tidak mendapatkan juara. Sudah cukup bagiku menjadi hiburan semata.